Mau gaji +2 juta/bulan hanya dengan kerja dari rumah saja?? klik diSINI: PASSIVE INCOME
bukan anda yang bekerja untuk uang, tetapi uanglah yang bekerja untuk anda..
Cukup membuka website kami dan bekerja 30 menit/hari..
Atau klik banner dibawah ini:

Saturday, October 9, 2010

DAIJA TO TATAKATTA OTOKO/KUMAZO VS NAGA

Dahulu kala ada seorang petani yang bernama Kumazo. Kumazo adalah petani yang rajin bekerja. Ia berbadan tinggi besar dan disegani banyak tetangga. Suatu hari, dengan memikul bakul di pundaknya Kumazo pergi ke ladangnya. Hari ini ia akan memberi pupuk pada tanamannya agar tumbuh dengan subur. Namun, saat ia sedang asyik menyebarkan pupuknya tiba-tiba terdengar suara desisan yang sangat keras. Dan hampir bersamaan dengan itu muncullah dari arah bukit seekor ular raksasa yang panjangnya mencapai 6-7 meter. Kumazo sangat terkejut. Ia merasa tidak pernah mempermainkan ular, namun entah kenapa ada induk ular yang datang menemuinya. “Aduh, kenapa ada ular sebesar ini datang kemari ya?” katanya dengan gemetar.

Ia lalu meraih gagang pikulnya dan secepatnya lari meninggalkan ladang. Namun belum sampai ia lari jauh, tiba-tiba kakinya terantuk gundukan tanah di ladang. Dan ular raksasa pun tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dengan menjulur-julurkan lidahnya yang berwarna merah, ia mulai mendekati tubuh Kumazo. Kumazo tidak mau menyerah begitu saja. Ia terus mengayun-ayunkan pikulnya agar sang ular tidak bisa mendekatinya. Tiba-tiba, gagang pikul Kumazo pun patah. Saat itu juga sang ular langsung membelit tubuh Kumazo.

“Tu.. tunggu sebentar. Lepaskan aku!” teriak Kumazo.

Ular itu diam sejenak. “Ada apa?” pikirnya.

“Tunggu sebentar. Lepaskan aku dulu. Aku harus kembali ke rumahku dulu untuk berpamitan kepada keluarga. Setelah itu aku berjanji akan segera kemari untuk menyelesaikan pertarungan kita” kata Kumazo untuk meyakinkan ular tersebut.

Sejenak ular tersebut terdiam. Namun seolah-olah mengerti perkataan Kumazo, ia pun melepaskan belitannya. Setelah terlepas dari belitan, Kumazo mengucapkan terima kasih lalu berlari pulang menuju desanya. Sementara itu, sang ular melingkarkan tubuhnya sambil menunggu kedatangan Kumazo kembali.

Kumazo berlari-lari sambil berteriak-teriak kepada penduduk desa. “Ada ular raksasa di ladang!” teriaknya. Mendengar teriakan itu, para penduduk desa segera mengambil senjata tajam masing-masing. Ada yang membawa pedang, golok, tombak, dan pentungan kayu. Mereka pun beramai-ramai menuju ladang tempat Kumazo bertemu dengan ular. Namun setelah mereka tiba di ladang mereka tidak menemukan ular raksasa itu.

“Hei, Kumazo. Mana ular raksasa yang kau sebutkan itu?” tanya para penduduk dengan tidak sabar.

“Tadi ada disini kok!” kata Kumazo sambil menunjukkan bekas-bekas pertarungannya.

“Iya, benar. Ini ada jejak ular yang besar” kata salah seorang penduduk sambil menunjukkan tanah bekas tempat ular melingkarkan tubuhnya.

Para penduduk lalu menyisir ladang dan bukit di dekatnya. Mereka membabat rumput maupun ilalang disekitarnya. Namun tak juga mereka temukan ular raksasa itu. Setelah mendengar cerita Kumazo itu, para penduduk lebih berhati-hati ketika bekerja di ladang. Mereka juga mengingatkan anak-anaknya untuk tidak lagi mengganggu ular.



 daija to tatakatta otoko = [大蛇と戦った男]
Judul asli: Daija to Tatakatta Otoko (Laki-laki yang Bertarung dengan Ular Raksasa) berasal dari Prefektur Kumamoto.

Friday, October 8, 2010

MEKURA NO MIZU NO KAMI (Dewi Air yang Tidak Bisa Melihat)

Pada jaman dahulu kala, di sebuah desa ada seorang pemuda yang rajin dan baik hati. Suatu hari, ketika sang pemuda hendak pergi untuk bekerja, ia melihat beberapa anak sedang mencoba menangkap seekor belut putih. Di tangan mereka tergenggam tongkat kayu yang sekali-kali diayunkan untuk memukul belut tersebut. Sejenak sang pemuda berhenti dan mendekati anak-anak tersebut. Karena merasa kasihan, sang pemuda berkata kepada anak-anak itu, “Jangan mengganggu binatang. Belut itu juga makhluk hidup seperti kita. Biarkan dia pergi!”. Anak-anak itu pun berhenti seketika. Dengan perasaan dongkol mereka pun pergi meninggalkan tempat itu. Demikian juga sang belut pergi ke arah genangan air di sawah. Sang pemuda pun pergi melanjutkan perjalanannya.

Malam harinya, ketika sang pemuda hendak bersiap-siap untuk tidur, tiba-tiba pintu rumahnya diketuk orang. “Tok.. tok”. Sang pemuda heran, tidak biasanya malam-malam begini ada tamu yang datang ke rumahnya. Akhirnya ia pun membuka pintu rumahnya. Bukan main terkejutnya sang pemuda, ternyata di hadapannya telah berdiri seorang gadis yang cantik jelita.

Wednesday, October 6, 2010

FUTATSU NO OMUSUBI / DUA ONIGIRI

Suatu hari ada seekor kucing besar dan seekor kucing kecil. Dua ekor kucing tersebut menemukan dua buah onigiri. Kucing yang besar menemukan onigiri kecil, sedangkan kucing yang kecil menemukan onigiri besar. Karena hanya mendapatkan onigiri yang kecil, kucing besar itu berkata kepada kucing yang kecil.

“Hei, kucing kecil. Lihatlah, badanmu kan kecil kenapa kamu mau makan onigiri yang besar? Ayo tukarkan dengan onigiriku saja” kata kucing besar.

“Enak saja. Aku kan yang menemukan onigiri besar ini, jadi walaupun badanku kecil aku berhak makan onigiri besar” kata kucing kecil.

“Heh, dimana-mana itu kalau kucing kecil makannya ya sedikit. Kalau kucing besar makannya ya banyak. Kok begitu saja kamu tidak tahu sih?”

“Nah, aku kini tahu akal bulusmu. Kamu khawatir kan kalau aku makan onigiri besar ini badanku akan menjadi besar. Kalau badanku besar, kamu takut kalah saingan kan?”

“Bukan begitu. Tapi wajarnya karena badanmu kecil, ya makanmu juga sedikit saja. Nanti kalau makan kebanyakan perutmu akan sakit”

“Ah, kamu ini mau mencoba membujukku ya? Pokoknya aku gak mau!”

Karena tidak ada yang mau mengalah, akhirnya kedua kucing itu saling bertengkar. Pada saat bertengkar itu, kucing besar mendapatkan ide.

“Begini saja, bagaimana kalau kita pergi bertanya kepada kera. Mungkin dia mempunyai pendapat yang lebih bagus” kata kucing besar.

TANABATA





Pada zaman dahulu, di sebuah desa kecil hiduplah seorang pemuda miskin. Untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya pemuda tersebut menjual gerabah. Setiap hari ia berjalan dari kampung ke kampung untuk menawarkan gerabah buatannya. “Gerabah… gerabah…!!!” teriaknya setiap hari. Meskipun sangat berat dan melelahkan tetapi sang pemuda selalu riang gembira menawarkan barang dagangannya.

Pada suatu hari yang panas, sang pemuda berjalan menyusuri tepi sebuah danau yang jernih. “Ah, hari ini melelahkan sekali” katanya sambil meletakkan bakulnya di tepi danau tersebut dan mengusap peluh yang menetes di dahinya. Sang pemuda membasuh muka dan minum beberapa tangkup air yang diambil dengan tangannya. “Ah, segarnya…” katanya dengan senang.

Sang pemuda hendak melanjutkan perjalanan ketika sayup-sayup terdengar suara perempuan yang sedang bercanda ria dari arah danau. “Suara siapa ya?” tanyanya dalam hati. Dengan penuh konsentrasi dia coba tajamkan pendengarannya serta dipicingkannya matanya untuk mencari sumber suara tersebut. Ternyata suara tersebut memang berasal dari beberapa wanita yang sedang mandi di tepi danau. Melihat wanita cantik yang sedang mandi itu, hati sang pemuda menjadi berdebar-debar karena malu. Ketika ia sedang mencari tempat persembunyian agar tidak terlihat oleh para wanita itu, ia melihat beberapa helai pakaian yang sangat halus dan indah warnanya. Mungkin itu adalah pakaian para wanita yang sedang mandi. Akhirnya timbullah pikiran jahat sang pemuda untuk mengambil sebuah pakaian mereka. Lalu pakaian itu disembunyikannya dalam bakulnya. Sang pemuda lalu pergi menjauh dari tempat itu.

Tuesday, October 5, 2010

SEJARAH TUGU YOGYAKARTA




Sedikit sejarah mengenai Tugu yogyakarta yang dulunya disebut Tugu Golong Gilig.
Bila kita melihat peta wilayah Yogyakarta (DIY) dari utara (puncak gunung Merapi) ke selatan + 70 km sampai dengan Pandan Simo (di pantai selatan Samudra Indonesia)seolah dapat kita tarik garis lurus. Garis Lurus Imaginer tersebut melalui tiga bangunan penting di wilayah kota Yogyakarta, yaitu :

- Tugu Yogyakarta / Tugu Golong Gilig;
- Kraton Yogyakarta, dan
- Panggung Krapyak (Kandang Menjangan)
Konsep garis lurus Imaginer ini diciptakan oleh Panembahan Senopati, seorang raja pendiri dinasti Kerajaan Mataram Yogyakarta (1586-1601)

Tugu Yogyakarta yang disebut tugu Golong Gilig, sesungguhnya telah mengalami perubahan bentuk setelah direnovasi karena runtuh (+3m) akibat gempa yang mengguncang Yogyakarta tanggal 10 Juni 1867.
Tugu Yogyakarta disebut Tugu Putih (White Peal) terletak di simpang empat Jl. AM. Sangaji-Jl. P. Mangkubumi dengan Jl. P. Diponegoro-Jl. Jend. Sudirman. Pada dekade 60an, tugu ini dipasangi lampu pengatur lalulintas (traffic light).


Penampakan Tugu Jaman Penjajahan
Golong gilig mengandung makna spritual filosofik dan nilai historik. Pada waktu Panembahan Senapati bertapa di Parangkusuma dia bertemu dengan Ratu Kidul. Mereka saling jatuh cinta dan menikah. Setelah tiga hari di Segara Kidul, Panembahan Senopati menyatakan keinginannya untuk pulang. Dia diberi endog jagad oleh Ratu Kidul yang dibawanya untuk pulang. Setelah tiba di Mataram, endog itu hendak dimakannya, tetapi oleh Ki Juru Martani dilarang. Telur itupun diberikan kepada seorang juru taman. Setelah juru taman memakannya, dia berubah menjadi seorang denawa. Denawa itu diberi tugas oleh Panembahan Senopati untuk menjaga Gunung Merapi. Terbentuklah garis Segara Kidul - Gunung Merapi yang melambangkan sangkan paranin dumadi, hablun minallah atau manunggaling kawula gusti. Arah Parangkusuma - Gunung Merapi melambangkan filsafat dasar manunggaling kawula gusti kerajaan Mataram untuk memperjuangkan kesejahteraan duniawi raja dan rakyatnya berlandaskan spiritual keTuhanan.